Tujuan Blog...!!!

Tujuan blog ini di buat semata-mata hanya bertujuan untuk mengumpulkan bahan referensi pembelajaran pribadi, dan setiap artikel yang di muat ke dalam blog ini di ambil dari Alamat-alamat situs dan blog lain tanpa menghilangkan nama, tanggal dan mengubah isi yang di buat penulis aslinya, di harapkan blog ini bisa menunjang pembelajaran pribadi, dan tanpa mengurangi rasa hormat penulis aslinya saya ucapkan banyak terima kasih....

BURUAN JANGAN KETINGGALAN UNTUK MERAIH JUTAAN RUPIAH...!!!!

Tahukah anda ????

Bagian ini adalah info singkat yang akan selalu di Update tiap minggunya, untuk info lengkap tentang pembahasan di bawah ini juha di bahas dalam blog ini. Semoga bermanfaat

Tahukah anda bahwa kota tertua di dunia adalah Gaziantep, Turki (3650 SM ?)Kota yang dulunya dikenal dengan nama Antep yang sekarang menjadi ibukota provisi yang sama dengan namanyamerupakan kota tertua di dunia , Giazantep ini adalah kota tertua yang masih tegak berdiri. Kota ini memiliki sejarah sejauh zaman orang Het (Hittite). Kota ini terus menerus di tinggali semenjak zaman Paleolithic, dan tumbuh besar bersama dengan kekaisaran Ottoman.

Jumat, 04 Desember 2009

cara mendapat uang gatatis

CARANYA DAPAT DI DOWNLOAD DI SINI klik di sini

Selasa, 27 Oktober 2009

10 Kota Tertua di Dunia

Di bawah ini adalah 10 tempat yang berhasil dilacak dan dinyatakan sebagai kota tertua yang masih berdiri dan hidup dalam dunia modern. Tertarik? Kita baca sama-sama ya:

1. Gaziantep, Turki (3650 SM ?)

Kota yang dulunya dikenal dengan nama Antep yang sekarang menjadi ibukota provisi yang sama dengan namanya, Giazantep ini adalah kota tertua yang masih tegak berdiri. Kota ini memiliki sejarah sejauh zaman orang Het (Hittite). Kota ini terus menerus di tinggali semenjak zaman Paleolithic, dan tumbuh besar bersama dengan kekaisaran Ottoman.

Hari ini, Giazantep adalah kota yang ramah, dan seru dengan berbagai masjid, madrasah, penginapan bahkan pemandian yang berasal dari beberapa abad lalu. Rumah rumah tua dari batu selalu memiliki taman dan pohon anggur yang menghiasi, sehingga setiap anda menoleh, anda akan mendapat pemandangan terindah di dunia. (htc/ari)

Psikologi Watak (kepribadian)

oleh : septiansyah rizky yuwana putra
www.dekrizky.com www.dekrizky.net
blog : kuliahpsikologi.dekrizky.com.

Pembentukan kepribadian

Murray setuju dengan freud, bahwa kepribadian teridiri dari id,ego dan super ego.

Menurut murray :

Id : gudangnya impuls yang bersifat primitif dan disini sumber energi dan sumber segala motiv motiv yang dibawa sejak lahir. Berisi impuls impuls ke arah yang baik dan kearah yang jahat. Kekuatan kecenderungan kecenderungan berbeda beda antar individu , karena ada individual differences. Jadi tugas yang dihadapi dalam mengarahkan kecenderungan ID berlainan taraf kesulitannya.

Ego : ego tidak hanya menekankan / menaikkan impuls impuls / motiv tertentu , tetapi ego harus mengatur , mejadwal, mengontrol cara cara menyalurkan motiv motiv lain. Ego sejalan dengan teori psikoanalisisyang ego dipandang sebagai organisator dan integrator central tingkah laku. Sehingga keberhasilan ego mirip faktor penentu bagi penyesuaian diri individu.

Superego : dipandang sebagai hasil penanaman kebudayaan sehingga superego mirip sub sistem yang diinternalisasikan dan didalam individu bertindak sebagai pengatur tingkah laku ( yang akan didahulukan ). Erat kaitannya dengan superego adalah ego ideal. Ego ideal adalah dir yang dicita citakan / sekumpulan ambisi pribdai yang diperjuangkan individu. Dalam perkembangan normal, hubungan antara id, ego dan superego akan berubah. Sebelumnya : yang berkuasa id, maka selanjutnya super ego dan akhirnya ego memegang peranan yang menentukan. Dalam keadaan bahagia : super ego matang ego kuat dan cakap bersama sama mampu mengatur impulls impuls id secara memadai dengan cara yang esecara cultural dibenarkan.

Defnisi kepribadian ( murray )
Komponen definisi kepribadian murray, sbb :

* Kepribadian adalah abstraksi yang dirumuskan teoritikus ( ahli teori ) dan bukan gambaran tingkah laku individu.
* Kepribadian individu adalah rangkaian peristiwa yang secara ideal mencakup rentang hidup sang individu. Sejarah kepribadian yaitu : kepribadian itu sendiri
* Definisi kepribadian harus mencerminkan unsur unsur tingkah laku yang tepat dan berulang, maupun unsur unsur yang baru dan unik
* Kepribadian adalah fungsi yang menata dan mengarahkan dalam diri individu yang punya tujuan :
mengintegrasikan konflik konflik dan rintangan rintangan yang dihadapi, memuaskan kebutuhan kebutuhan individu dan menyusun rencana rencana untuk mencapai tujuan dimasa datang.
* Kepribadian terletak di otak, tanpa otak tidak ada kepribadian

Cara murray merumuskan kepribadian, menunjukkan bahwa dia sangat berorientasi pada pandangan yang memberi bobot memadai pada sejarah organisme termasuk : fungsi kepribadian yang bersifat mengatur, ciri kepribadian yang berulang dan baru pada tingkah laku individu untuk proses proses fisiologis yang mendasari proses psikologis.

Murray mengemukakan L Proceding and serial. Dalam hal ini data pokok psikolog adalah proceding. Proceding adalah interaksi antara subjek dengan objek / subjek dengan subjek dalam jangka waktu cukup lama yang mencakup unsur unsur penting dalam suatu tingkah laku tertentu. Menurut Murray tingkah laku tidak mungkin terlepas dari dimensi waktu . Proceding meerupakan kompromi antara keterbatasan sesesorang bertingkah laku didalam dimensi waktu.

Proceding dapat digolongkan menurut sifatnya :

* Internal contoh melamun, memecahkan masalah
Punya dua aspek yaitu aspek pengalaman subjektif dan tingkah laku objektif. Dalam keadaan tertentu tingkah laku yang berlangsung lama, dalam satu kesatuan yang merupakan proceding yang terputus putus tapi terorganisasi secara terarah bisa disebut serial. Program serial : pengaturan secara teratur atas sub sub tujuan bg rentan menuju masa depan ialah bila berlangsung dengan baik maka akan dicapai keadaan yang diinginkan. contoh : jika ingin jadi doktor, maka orang akan menjalankan sub sub tujuan tersebut yang akan mendekatkan pada tujuan pada tititel doktor. >> masuk kul dokter. Jadwal : sarana untuk mereduksi konflik antara kenutuhan dan objek tujuan yang saling bersaing dengan cara mengatur kecenderungan kecenderungan. Semakin mampu orang menyusun jadwal secara efisien maka akan dapat mengurangi kuantitas maupun intensitas konflik konfliknya. Proses membuat perencanaan maupun hasil proses tersebut disebut ordinasi. Ordinasi menurut murray merupakan proses jiwa yang setingkat dengan kognisi. ( ordinasi : pemahaman seseorang terhadap suatu hal ).
* eksternal contoh berinteraksi dengan orang/ objek dalam suatu lingkungan

Personologi

Dikemukakan oleh murray. Fokus teorinya terletak pada individu dengan kompleksitasnya. Kemudian oleh muray diringkas dalam personologi. Murray tidak menekankan secara umum, pentingnya fungsi lingkungan tapi secara khusus merepresentasikan daya daya lingkungan tersebut. Dalam pandangan murray : masa lampau / sejarah individu benar benar sama pentingnya seperti kenadaan individu dan lingkungannya pada saat ini. Seperti teori psikoanalisa : faktor yang muncul tingkah laku orang dewasa. Contoh : masalah pada kanak

Kesamaan lain, penekanan pentingnya peranan motivasi tak sadar dan khayalan seseorang. Ciri yang penting dalam teori murray : pembahasan yang sangat rinci tentang adanya motivasi. Struktur kepribadian menurut murray dipengaruhi psikoanalistik meskipun dalam berbagai hal terdapat perbedaan dengan freudian. Dalam memakai kata “struktur” murray hati hati karena kata strutur konotasinya sifat itu tetap, teratur dan tunduk pada hukum. tapi murray berpenfapat bahwa kepribadian biasanya berubah ubah. artinya : kepribadian masa kanak dan dewasa mengalami perubahan perkembangan.

Temperamen, watak dan sifat

Temperamen menunjuk pada disposisi yang erat dengan faktor fisik biologis dan sedikit mengalami perubahan dalam perkembangan. Peranan keturunan lebih besar dibanding aspek lain dari kepribadian.

Temperamen adalah gejala karakteristik dan sifat emosi individual termasuk adalah mudah / tidaknya kena rangsangan emosi, kecepatan dan kekuatan beraksi, kwalitas kekuatan suasana hati. Gejala gejala tersebut tergantung faktor konstitusional yang berdasar dari keturunan. Contoh mudah tersinggung.

Watak

Mengisyaratkan norma tingkah laku tertentu dimana individu akan dinilai perbuatannya

Watak adalah kepribadian yang dievakuasi dalam arti normatif contoh Penolong, pemurah, pencuri

Suatu sistem neuropsikis yang diarahkan dengan kemampuan menghadapi berbagai perangsang secara sama, memulai dan membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif secara sama disebut sifat.

sifat mempunyai eksistensi terhadap pribadi dan benar benar ada aku individu.

Sifat umum : common traits

Sifat khusus : personal disposisi

Antara tipe dan sifat

Orang dikatakan mempunyai sifat tapi tidak dapat memiliki tipe. Karena tipe dibuat buat dan mengabaikan sifat khas individu. Kalau sifat dapat mencerminkan keunikan pribadi.

Antara sikap dan sifat

Sifat dan sikap merupakan predisposisi untuk kecenderungan untuk respon. Dan keduanya adalah khas. Kedua2nya dapat memulai atau membimbing tingkah laku dan merupakan faktor genetik dan faktor belajar

Perbedaan sifat dan sikap

Sikap berhubungan langsung dengan suatu objek , sedang sifat tidak.

sifat selalu lebih luas daripada sikap

makin besar jumlah objek yang dikuasai sikap, maka sikap itu makin mirip dengan sifat

Sikap dapat berbeda beda dari yang khusus ke umum

Sikap mengandung penilaian , sifat tidak

Jumat, 23 Oktober 2009

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT

A. Pendahuluan
Perjalanan perkembangan Filsafat sudah di mulai dari Zaman Yunani Kuno dan terus berkembang hingga saman modern ini. Secara etimologi atau asal kata istilah filsafat berasal dari bahasa Falsafah فلسفة (Arab), Philosphy (Inggris), Philosophie (Belanda, Jerman, Prancis), Metafisika (Eropa), dan kesemuanya ini berasal dari bahasa Yunani Φιλοσοφία “Philosophia” yang terdiri dari dua kata yaitu Philos, Philen, atau Philia yang berarti cinta, dan Sophia yang berarti kebijaksanaan, Kebenaran, Kearifan, dan Pengetahuan. Orang yang mencintai Kebijaksanaan di sebut “philosophos”, filsuf atau filosof.
Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa "filsafat" adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Hal ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik.
Dalam perkembanganya Filsafat melewati beberapa tahapan periode yaitu zaman Yunani Kuno, zaman Klasik, Abad Pertengahan, dan Abad Modern.
B. Zaman Yunani Kuno
Pada Zaman ini filsafat lebih bercorak “Cosmosentris” yang artinya Pusat pemikiran filsuf-filsuf pada periode ini dimana arah dan perhatian pemikiranya kepada apa yang di amati di sekitar. Mereka berupaya mencari jawaban tentang prinsip pertama (Arkhe dari alam semesta oleh karena itu mereka lebih di kenal dengan julukan “Filsuf-filsuf alam”. Tokoh-tokoh filsafat pada zaman ini yaitu :
1. Thales (625-545 SM)
Thales digelari bapak filsafat “The Father of Philosophy” karena dialah orang yang mula - mula berfisafat (bijaksana). Ia adalah seorang politikus, ahli geometri dan pemikir dipelabuhan miletus yang sangat ramai. Ia juga berjasa dengan meramalkan secara tepat gerhana matahari pada tahun 585 sm.ia tidak tertarik pada mitos tetapi pada pengetahuan mengenai dunia dan bintang, ia adalah pemikir praktis.
Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar, yang jarang diperhatikan orang, juga orang jaman sekarang : “what is the nature of the world stuff ? “(mayer , 1950:18) “apa sebenarnya bahan (Arkhe) alam semesta ini” ? Terlepas dari apapun jawabannya, pertanyaan ini saja telah dapat mengangkat namanya menjadi filosop pertama. Ia sendiri menjawab air. Jawaban ini sebenarnya amat sederhana dan belum tuntas. Belum tuntas karena dari apa air itu ? thales mengambil air sebagai alam semesta barang kali karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang amat diperlukan dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terapung di atas air (mayer,1950:18).Lihatlah, jawabannya amat sederhana; pertanyaannya jauh lebih berbobot ketimbang jawabanyannya. Masih adakah orang yang beranggapan bahwa bertanya itu tidak penting? Thales menjadi filosof karena ia bertanya. Pertanyaannya itu jawabannya dengan menggunakan akal, bukan menggunakan agama atau kepercayaan lainnya. Alasannya adalah karena air penting bagi kehidupan. Disini akal mulai digunakan lepas dari keyakinan.
2. Anaximandros (640-546 SM)
Anaximander adalah murid Thales yang setia. Ia hidup sekitar 610-546 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat dari segala seuatu yang satu itu bukan air, tapi yang satu itu adalah yang tidak terbatas dan tidak terhingga, tak berubah dan meliputi segala-galanya yang disebut “Aperion”. Tidak ada persamaanya dengan salah satu barang yang keliuhatan di dunia ini. Segala sesuatu terjadi dari aperior dan kembali pula kepada aperior. Aperion bukanlah materi seperti yang dikemukakan oleh Thales. Anaximander juga berpendapat bahwa dunia ini hanyalah salah satu bagian dari banyak dunia lainnya.
Anaximandros juga mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sedangkan mengenai kehidupan bahwa semua makhluk hidup berasal dari air dan bentuk hidup yang pertama adalah ikan. Dan manusia pertama tumbuh dalam perut ikan.
3. Anaximanes (560-520 SM)
Anaximenes hidup sekitar 560-520 SM. Anaximenes murit dari anaximandros Hidup sekitar 546 SM, Ia berpendapat bahwa bumi secara lepas bergantung di ruangan, ia juga berpendapat bahwa dulunya ada satu substansi tunggal pertama dan suatu hukum alam yang berlaku di dunia, untuk mempertahankan keseimbangan antara unsur – unsur yang berbeda. Anaximander mencoba menjelaskan bahwa subtansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya (mayer,1950 :19). Anaximanes mengatakan itu udara. Udara merupakan sumber segala kehidupan, Ia berpendapat bahwa hakikat segala sesuatu yang satu itu adalah udara. Jiwa adalah udara; api adalah udara yang encer; jika dipadatkan pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi akan menjadi tanah, dan ahirnya menjadi batu. Ia berpendapat bahwa bumi berbentuk seperti meja bundar. Pembicaraan filosof ini saja telah memperlihatkan bahwa didalam filsafat dapat terdapat lebih dari satu kebenaran tentang satu persoalan. Sebabnya ialah bukti kebenaran teori dalam filsafat terletak pada logis atau tidaknya argumen yang digunakan, bukan terletak pada kongkulasi. Disini sudah kelihatan bibit relativisme yang kelak dikembangkan dalam filsafat sofisme. Pada kata”sofis" itu sendiri terkandung pengertian tipuan, hipkret dan sinis. Menurut para filosof, meraka adalah orang yang kurang terpelajar di dalam sains maupun di dalam filsafat. Mereka itu orang – orang yang menjual kebajikan untuk memperoleh materi. Pemikiran sofis itu mempunyai ciri berupa pandangan yang saling bertentangan. Dalam moral pun mereka di katakan menganut moral yang relatif, jadi buruk dan baik itu adalah relatif. Bagi orang – orang sofis tidak ada generalisasi dengan kata lain tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran itu relatif. Biasanya orang-orang sofis itu disenangi oleh para filosof. Sifat mereka itu amat ditentang oleh Socrates dan plato. Sebagian fisof menentangorang – orang sofis karenamereka mau menerima uang dari ajaran mereka. Kebanyakan orang- orang sofis dating dari kelas rendah di dalam masyarakat karena itu mereka memerlukan uang. Sementara filsof mengatakan bahwa filsafat itu di senangi bukan untuk alat mencari uang.
4. Phytagoras (580-500 SM)
Pythagoras lahir di Samos sekitar 580-500 SM. s asia kecil, Dan ia mengembara ke Yunani pada usianya yang ke 25 Tahun. Ajaran-ajarannya yang pokok di kemukakan oleh Phytagoras adalah :
pertama dikatakan bahwa jiwa tidak dapat mati. Sesudah kematian manusia, jiwa pindah ke dalam hewan, dan setelah hewan itu mati jiwa itu pindah lagi dan seterusnya. Tetapi dengan mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari reinkarnasi itu.
Kedua dari penemuannya terhadap interval-interval utama dari tangga nada yang diekspresikan dengan perbandingan dengan bilangan-bilangan, Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikusai oleh hukum matematis. Bahkan katanya segala-galanya adalah bilangan. Unsur bilangan merupakan prinsip unsur dari segala-galanya. Dengan kata lain, bilangan genap dan ganjil sama dengan terbatasa dan tak terbata.
Ketiga mengenai kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya, bahwa jagat raya bukanlah bumi melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian merupakan pusat dari sebuah rumah.

5. Xenophanes (570-? SM)
Xenophanes merupakan pengikut Aliran Pythagoras yang lahir di Kolophon, Asia Kecil, sekitar tahun 545 SM. Dalam filsafatnya ia menegaskan bahwa Tuhan bersifat kekal, tidak mempunyai permulaan dan Tuhan itu Esa bagi seluruhnya. Ke-Esaan Tuhan bagi semua merupakan sesuatu hal yang logis. Hal itu karena kenyataan menunjukkan apabila semua orang memberikan konsep ketuhanan sesuai dengan masing-masing orang, maka hasilnya akan bertentangan dan kabur. Bahkan “kuda menggambarkan Tuhan menurut konsep kuda, sapi demikian juga” kata Xenophanes. Jelas kiranya ide tentang Tuhan menurut Xenophanes adalah Esa dan bersifat universal.

6. Heraklitosn (540-480 SM)
Ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pendangan yang berbeda dengn filosof-filosof sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala suatu hanyalah satu yakni api.
Ia memandang bahwa api sebagai anasir yang asal pandangannyasemata-mat tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti pandangan filosof-filosof Miletos.
Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan bergantu-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah mula dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap semuanya mengalir.
Tidak sulit untuk mengerti apa sebab Heraklitos memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar yang baru dan bahan bakar itu dan berubah menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api cocok sekali untuk melambangkan suatu kesatuan dalam perubahan.

7. Parmenides (540-475 SM)
Lahir sekitar tahun 540-475 di Italia Selatan. Ajarannya adalah kenyataan bukanlah gerak dan perubahan melainkan keseluruhan yang bersatu. Dalam pandangan Pamenides ada dua jenis pengetahuan yang disuguhkan yaitu pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Apabila dua jenis pengetahuan ini bertentangan satu sama lain maka ia memilih rasio. Dari pemikirannya itu membuka cabang ilmu baru dalam dunia filsafat yaitu penemuannya tentang metafisika sebagai cabang filsafat yang membahasa tentang yang ada.

8. Zeno Zeno (490 – 435 SM)
Zeno lahir di Elea Kota perantaun Yunani di Italia Selatan, Ia adalah murid Parmenides, ia dianggap sebagai peletak dasar dialektika.
Dialektika yaitu suatu arugumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengendalian atau hipotesa yang kemudian di tarik suatu kesimpulan. Menurutnya, hipotesa yang dinerikan adalah Suatu kesimpulan yang mustahil, sehingga terbukti bahwa hipotesa itu salah.

9. Empedocles (490-435)
Empedoles lahir di Akragos, Kepulauan Sicilia, ia terkenal dalam bidang kedokteran, Penyair retorika, politik dan Pemikir. Empedocles Sependapat dengan Parmenides, bahwa alam alam semesta di dalamnya.
10. Heraklitosn (540-480 SM)
Ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pendangan yang berbeda dengn filosof-filosof sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala suatu hanyalah satu yakni api.
Ia memandang bahwa api sebagai anasir yang asal pandangannyasemata-mat tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti pandangan filosof-filosof Miletos.
Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan bergantu-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah mula dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap semuanya mengalir.
Tidak sulit untuk mengerti apa sebab Heraklitos memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar yang baru dan bahan bakar itu dan berubah menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api cocok sekali untuk melambangkan suatu kesatuan dalam perubahan


11. Anaxagoras (499-420)
Anaxagoras (500—428 SM) adalah filosof lain yang tidak setuju bahwa satu bahan dasar tertentu—air, misalnya—dapat diubah menjadi segala sesuatu yang kita lihat di alam ini. Dia juga tidak dapat menerima bahwa tanah, udara, api, dan air dapat diubah menjadi darah dan tulang.
Anaxagoras berpendapat bahwa alam diciptakan dari partikel-partikel sangat kecil yang tak dapat dilihat mata dan jumlahnya tak terhingga. Lebih jauh, segala sesuatu dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang jauh lebih kecil lagi, namun bahkan dalam bagian yang paling kecil masih ada pecahan-pecahan dari semua yang lain. Jika kulit dan tulang bukan merupakan perubahan dari sesuatu yang lain, pasti ada kulit dan tulang, menurutnya, dalam susu yang kita minum dan makanan yang kita santap.
12. Democritos
Democritus yang lahir di Abdera adalah seorang filsuf Yunani yang mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar materi. Karyanya dijadikan sebagai pelopor ilmu fisika materi yang menutup kemungkinan adanya intervensi Tuhan atau Dewa. Dalam bidang Astronomi dia juga orang pertama yang menyatakan pendapat bahwa galaxi Bima Sakti adalah kumpulan cahaya, gugusan bintang yang letaknya saling berjauhan.
Teori Democritus (yang tidak diterima oleh Aristoteles) tidak diacuhkan orang selama Abad Pertengahan dan punya sedikit pengaruh terhadap ilmu pengetahuan. Meski begitu beberapa ilmuwan terkemuka dari abad ke-17 (termasuk Isaac Newton) mendukung pendapat serupa. Tetapi, tak ada teori atom dikemukakan ataupun digunakan dalam penyelidikan ilmiah. Dan lebih penting lagi tak ada seorang pun yang melihat adanya hubungan antara spekulasi filosofis tentang atom dengan hal-hal nyata di bidang kimia. sampai Dalton muncul menyuguhkan "teori kuantitatif" yang jelas dan jemih yang dapat digunakan dalam penafsiran percobaan kimia dan dapat dicoba secara tepat di laboratorium.

C. Zaman Klasik
Padam zaman ini filsafat lebih bercorak “Antrosentris” Artinya filsuf dalam periode ini menjadikan Manusia (Antropos) sebagai objek pemikiran. Tokoh-tokh filsafat pada zaman klasik tersebar di Yunani dan cina.
a. Yunani
1. Socrates
Socrates diperkirakan berprofesi sebagai seorang ahli bangunan (stone mason) untuk mencukupi hidupnya. Penampilan fisiknya pendek dan tidak tampan, akan tetapi karena pesona, karakter dan kepandaiannya ia dapat membuat para aristokrat muda Athena saat itu untuk membentuk kelompok yang belajar kepadanya.Metode pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan, melainkan dengan cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta dengan menanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk mampu memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang mereka maksud dengan mendetail.Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Kebanyakan yang kita ketahui mengenai buah pikiran Socrates berasal dari catatan oleh Plato 430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya.Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatahnya yang terkenal: "Kenalilah dirimu".
Socrates percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, yang dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Ia juga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan alami lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metode ilmu pengetahuan.
2. Plato
Plato memiliki berbagai gagasan tentang filsafat antara lain, Plato pernahmengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
3. Aristoteles
Aristoteles yang juga merupakan murit plato ini, juga memiliki beberapa gagasan mengenai filsafat antara lain, ia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas ada. Ia pun mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “Peri dan selalu peri ada” (Being as being) atau “Peri ada sebagaimana adanya” (Being assuch).
b. Cina
1. Keng-Fu-Tse (551-497 SM)
Konfusius (bentuk Latin dari nama Kong-Fu-Tse, “guru dari suku Kung”) hidup antara 551 dan 497 S.M. Ia mengajar bahwa Tao (”jalan” sebagai prinsip utama dari kenyataan) adalah “jalan manusia”. Artinya: manusia sendirilahyang dapat menjadikan Tao luhur dan mulia, kalau ia hidup dengan baik. Keutamaan merupakan jalan yang dibutuhkan.
Kebaikan hidup dapat dicapai melalui perikemanusiaan (”yen”), yang merupakan model untuk semua orang. Secara hakiki semua orang sama walaupun tindakan mereka berbeda.


2. Lao Tzu
Lao Tzu merupakan ahli filsafat yang terpopuler dan juga merupakan pendiri Taoisme Tionghua: kini. Riwayat hidupnya tidak banyak terdapat dalam catatan historis, tetapi kewujudannya terbukti dalam catatan historis Tiongkok, Shiji.
Kemasyhuran Lǎo Zǐ luas tersebar sehingga kepada Kong Hu Cu. Menurut catatan Zhuangzi, Kong Hu Cu pernah berjumpa dengan Laozi untuk meminta pengajaran akan kesopanan.
3. Mo Tse
Aliran Moisme didirikan oleh Mo Tse, antara 500-400 S.M. Mo Tse mengajarkan bahwa yang terpenting adalah “cinta universal”, kemakmuran untuk semua orang, dan perjuangan bersama-sama untuk memusnahkan kejahatan. Filsafat Moisme sangat pragmatis, langsung terarah kepada yang berguna. Segala sesuatu yang tidak berguna dianggap jahat. Bahwa perang itu jahat serta menghambat kemakmuran umum tidak sukar untuk dimengerti. Tetapi Mo Tse juga melawan musik sebagai sesuatuyang tidak berguna, maka jelek.
D. Abad Pertengahan
Pada masa ini filsafat lebih bercorak “Theosontris” artinya para filsuf pada periode ini menjadikan filsafat sebagai abdi agama atau fisafat di arahkan pada masalah Ketuhanan. Pada abad pertengaan Filsafat di bagi kedalam dua jaman yaitu jaman Patristik dan Skolatik
a. Jaman Patristik
1. Justinus Martir
Justin martir dipandang sebagai kepala apologet. Setelah bertobat ia tetap meneruskan karir filsafatnya dan sebagai seorang Kristen, baik melalui pengajaran lisan maupun tulisan. Tulisannya ada 3, yaitu: 2 dalam tulisan apologetika: 1) kepada pemerintah Roma; 2) kepada Senat. Dia berani dalam pembelaannya dan membayar dengan darahnya sendiri. Ia memateraikan apogetiknya dengan darah, pada saat dia dibawa kepada Rustikus. Mengapa dia berani mati martir, karena dia sudah dipersiapkan sebelumnya dengan melihat orang-orang Kristen sebelumnya juga berani mati martir untuk membela kebenaran. Satu lagi tulisannya adalah “Dialog dengan Trypho”.
2. Tertullianus (155–230)
Quintus Septimius Florens Tertullianus, atau Tertulianus, adalah seorang pemimpin gereja dan penghasil banyak tulisan selama masa awal Kekristenan. Ia lahir, hidup, dan meninggal di Kartago, sekarang Tunisia. Ia dibesarkan dalam keluarga berkebudayaan kafir (pagan) serta terlatih dalam kesusasteraan klasik, penulisan orasi, dan hukum. Pada tahun 196 ketika ia mengalihkan kemampuan intelektualnya pada pokok-pokok Kristen, ia mengubah pola pikir dan kesusasteraan gereja di wilayah Barat hingga digelari "Bapak Teologi Latin" atau "Bapak Gereja Latin". Ia memperkenalkan istilah "Trinitas" (dari kata yang sama dalam bahasa Latin) dalam perbendaharaan kata Kristen; sekaligus kemungkinan, merumuskan "Satu Allah, Tiga Pribadi". Di dalam Apologeticusnya, ia adalah penulis Latin pertama yang menyatakan Kekristenan sebagai vera religio (?), dan sekaligus menurunkan derajat agama klasik Kerajaan dan cara penyembahan lainnya sebagai takhyul belaka.
3. Agustinus
Pertama, Agustinus (354-430). merupakan tokoh filsafat yang telah meletakkan dasar-dasar bagi pemikiran abad pertengahan mengadaptasi platonesme dengan ide-ide Kristen, memberikan formolasi sistematic terhadap filsafat Kristen, Agustinus merupakan sumber/asal usul reformasi yang dilakukan oleh protestan.
Paham teosentris pada Agustinus menghasilakan refolusi dalam pemikiran orang Barat. anggapannya yang meremehkan pengetahuan duniawi, kebenciannya terhadap teori-teori kealaman, imannya kepada tuhan tetap merupakan bagian peradaban modern. sejak zaman Agustinus orang barat lebih memiliki sifat introspektif, karena Agustinuslah diri dalam hubungannya dengan tuhan menjadi penting dalam filsafat. Sehingga kita selalu ingin memperoleh norma yang dapat mengulur tindakan-tindakan kita singkat. Pemikiran Agustinus mempunyai arti penting terhadap manusia modern.
b. Jaman Skolatik
a. Barat
1. Thomas Aquinas (1225-1274)
Thomas mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum esse subsistens). Allah adalah "dzat yang tertinggi", yang memunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya.
Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). "Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat," demikian kata Thomas Aquinas.
2. William Ochham (1285-1349)
William dari Ockham adalah seorang pastur Ordo Fransiskus berkebangsaan Inggris dan filsuf, dari Ockham, desa kecil di Surrey, dekat East Horsley. William mengabdikan diri pada hidup yang papa dan minimalis. Seorang perintis nominalisme, ia terkadang dianggap sebagai bapak epistemologi modern dan filsafat modern umum, berkat pendapatnya yang didukung argumen kuat, bahwa hanya individu yang ada, bukan universal, esensi, atau bentuk supra-individual, dan bahwa universal adalah hasil astraksi dari individu oleh pikiran manusia dan tidak memiliki wujud di-luar-mental. Ockham juga dipandang sebagai salah satu ahli logika terbesar sepanjang masa.
3. Nikolas Cusasus (1401-1464)
Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal dan intuisi. Dengan indera kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akl kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia sharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat dimana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.
Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.

b. Timur
1. Al Kindi
Nama lengkap al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya`qub ibn Ishaq ibn Shabbah ibn Imran ibn Isma`il ibn Muhammad ibn al-Asy’ath ibn Qais al-Kindi. Tahun kelahiran dan kematian al-Kindi tidak diketahui secara jelas. Yang dapat dipastikan tentang hal ini adalah bahwa ia hidup pada masa kekhalifahan al-Amin (809-813), al-Ma’mun (813-833), al-Mu’tasim (833-842), al-Wathiq (842-847), dan al-Mutawakkil (847-861).
Ia adalah filosof berbangsa Arab dan dipandang sebagai filosof Muslim pertama. Memang, secara etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut. Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri dan astronomi. Yang paling utama dari seluruh cakupan matematika di sini adalah ilmu bilangan atau aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun. Di sini kita bisa melihat samar-samar pengaruh filsafat Pitagoras.
2. Al Farabi (870-950)
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi. dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzalagh al-Farabi, juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir adalah seorang filsuf Islam yang menjadi salah satu ilmuwan dan filsuf terbaik di zamannya. Ia berasal dari Farab, Kazaksta. Sampai umur 50, ia tetap tinggal di Kazakhstan. Tetapi kemudian ia pergi ke Baghdaduntuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun. Lalu ia pergi ke Alepo(Halib), Suriah untuk mengabdi kepada sang raja di sana.
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Ia dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.
3. Al Gazali
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan.
Seperti diketahui, sebelum melakukan kritiknya terhadap filsafat, al-Ghazali terlebih dahulu mempelajari filsafat (baca: filsafat Yunani) secara khusus. Hasilnya, dia mengelompokkan filsafat Yunani menjadi tiga aliran, yaitu: 1) Dahriyyun (mirip aliran materialisme), 2) Thabi’iyyun (mirip aliran naturalis), 3) Ilahiyyun (nirip aliran Deisme). Menurut al-Ghazali, yang pertama, Dahriyyun, mengingkari keterciptaan alam. Alam senantiasa ada dengan dirinya sendiri, tak ada yang menciptakan. Binatang tercipta dari sperma (nutfah) dan nutfah tercipta dari bintang, begitu seterusnya. Aliran ini disebut oleh al-Ghazali sebagai kaum Zindik (Zanadiqah). Aliran yang kedua, yaitu Thabi’iyyun, aliran yang banyak meneliti dan mengagumi ciptaan Tuhan, mengakui adanya Tuhan tetapi justru mereka berkesimpulan “tidak mungkin yang telah tiada kembali”. Menurutnya, jiwa itu akan mati dan tidak akan kembali. Karena itu aliran ini mengingkari adanya akhirat, pahala-surga, siksa-neraka, kiamat dan hisab. Menurut al-Ghazali, meskipun aliran ini meng-imani Tuhan dan sifat-sifat-Nya, tetapi juga temasuk Zanadiqah karena mengingkari hari akhir yang juga menjadi pangkal iman.

Aliran yang ketiga, Ilahiyyun, ialah kelompok yang datang paling kemudian diantara para filosof Yunani. Tokoh-tokohnya adalah Socrates, Plato (murid Socrates) dan Aristoteles (murid Plato). Menurut al-Ghazali, Aristoteles-lah yang berhasil menyusuan logika (manthiq) dan ilmu pengetahuan. Tetapi masih terdapat beberapa hal dari produk pemikirannya yang wajib dikafirkan sebagaimana wajib mengkafirkan pemikiran bid’ah dari para filosof Islam pengikutnya seperti Ibnu Sina dan al-Farabi.

Menurut al-Ghazali, pemikiran filsafat Yunani seperti filsafat Socrates, Plato, dan Aristoteles, bahkan juga filsafat Ibnu Sina dan al-Farabi tidak sesuai dengan yang dicarinya, bahkan kacau (tahafut). Malahan ada yang bertentangan dengan ajaran agama, hal yang membuat al-Ghazali mengkafirkan sebagian pemikiran mereka itu.
4. Al Razi
Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyaki, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan mutu seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bsa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter.
Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar
5. Ibnu Sina
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain Ibn Abdillah Ibn Sina. Ia lahir pada tahun 980 M di Asfshana, suatu tempat dekat Bukhara.
Dengan ketajaman otaknya ia banyak mempelajari filsafat dan cabang - cabangnya, kesungguhan yang cukup mengagumkan ini menunjukkan bahwa ketinggian otodidaknya, namun di suatu kali dia harus terpaku menunggu saat ia menyelami ilmu metafisika-nya Arisstoteles, kendati sudah 40 an kali membacanya. Baru setelah ia membaca Agradhu kitab ma waraet thabie’ah li li Aristho-nya Al-Farabi (870 - 950 M), semua persoalan mendapat jawaban dan penjelasan yang terang benderang, bagaikan dia mendapat kunci bagi segala simpanan ilmu metafisika. Maka dengan tulus ikhlas dia mengakui bahwa dia menjadi murid yang setia dari Al-Farabi
Dibidang filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam para filosof di masanya, bahkan sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina otodidak dan genius orisinil yang bukan hanya dunia Islam menyanjungnya ia memang merupakan satu bintang gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, yang bukan pinjaman sehingga Roger Bacon, filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad Pertengahan menyatakan dalam Regacy of Islam-nya Alfred Gullaume; “Sebagian besar filsafat Aristoteles sedikitpun tak dapat memberi pengaruh di Barat, karena kitabnya tersembunyi entah dimana, dan sekiranya ada, sangat sukar sekali didapatnya dan sangat susah dipahami dan digemari orang karena peperangan - peperangan yang meraja lela di sebeleah Timur, sampai saatnya Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dan juga pujangga Timur lain membuktikan kembali falsafah Aristoteles disertai dengan penerangan dan keterangan yang luas.”
6. Sukharwarhi
Suhrawardi, dengan demikian telah menapaki jalan baru bagi sebuah konstruksi epistemologis yang luar biasa pada zamannya. Ia mencoba untuk menciptakan suatu harmoni antara kutub-kutub intuitif dan rasionalisme sekaligus. Van Den Bergh misalnya, menyatakan bahwa pemikiran filsafat Suhrawardi tidaklah bersifat khas. Hal ini tidak lain karena dalam konstruksi pemikirannya tidak lain adalah upaya untuk meneruskan filsafat masyriqiyyah Ibnu Sina dan filsafat paripatetik pada umumnya. Senada dengan hal tersebut apa yang disampaikan oleh Nasr, harus diakui bahwa filsafat Suhrawardi merupakan kombinasi dari berbagai kebijaksaan pemikiran terdahulu seperti kebijaksanaan sufisme, hermetisme, kebijaksanaan filosof Yunani dan juga kebijaksaan filosof Persia. Seperti yang diungkapkan oleh Hossein Ziai, Suhrawardi memang menggunakan teks, istilah dan metode Ibnu Sina, namun ia juga menggunakan sumber yang lain, bahkan tidak jarang ia juga memberikan kritik terhadap pemikiran pendahulunya sebagai landasan bagi konstruksi pemikiran filsafat isyraqiyyahnya.
Konstruksi pemikiran Suhrawardi yang didasarkan atas konsep “cahaya” yang kemudian mengarahkanya pada pendekatan intuitif, secara epistemologis konsep ini selayaknya digunakan dalam wilayah humanitas bukan dalam wilayah empirisme atau rasionalisme. Kesadaran kemanusiaan dalam konteks ini bisa dilahirkan dari penajamanan intusi tersebut. Teori tingkat wujud sebagai pancaran dari realitas absolut merupakan dasar dari bentuk kesadaran kesatuan realitas. Wujud yang berbeda dan bertingkat-tingkat adalah sebuah realitas yang niscaya tapi harus difahami jika perbedaan tersebut berasal dan bermuara dari satu realitas tunggal.
Salah satu konsep yang ditawarkan oleh Suhrawardi dengan konsep tingkatan wujud tersebut nampaknya mempunyai momentumnya dalam konteks kekinian. Kehidupan masyarakat yang memiliki tingkat pluralitas dan heterogenitas yang luar biasa telah meniscayakan sebuah logika berfikir yang meniadakan konsep-konsep truth claim, yang satu menafikan yang lain, merasa benar sendiri. Meminjam Istilahnya Al Jabiri, melalui penajaman intuitif, logika-logika “act with” akan lebih mengedepan dari pada logika-logika “act against”.
7. Ibn Rushd (1126-1198)
Abu’l Walid Muhammad ibn Rushd al-Qurtubi (1126-1198), yang lebih dikenal dengan nama Ibn Rushd atau Averroes di dunia Barat, memiliki beberapa posisi unik dalam sejarah filsafat Islam.
Pertama, dia adalah filsuf Islam asal Andalusia yang mungkin cuma satu-satunya di wilayah ini yang setenar dengannya; Ibn Bajjah dan Ibn Thufail adalah dua filsuf lain asal Andalusia tapi kurang berpengaruh seperti Ibn Rushd.
Kedua, dia kerap dijadikan tapal batas akhir perjalanan filsafat Islam klasik dalam karya-karya Barat atau sarjana Muslim yang terpengaruh oleh sarjana Barat. Seakan-akan sesudah Ibn Rushd filsafat Islam mati. Padahal, kenyataannya, menurut Seyyed Hossein Nasr, filsafat Islam justru mulai menunjukkan keotentikan dan kekayaan pemikiran Islam pasca Ibn Rush dengan lahirnya mazhab Isfahan Mir Damad dan Filsafat Hikmah/Transendental (hikmah muta’aliyah) Mulla Shadra.
Ketiga, dia tampil sebagai pembela gigih filsafat dan rasionalitas Islam setelah sejumlah teolog Asy’ariyyah seperti al-Ghazali dan Fakhruddin al-Razi menghujat keras sejumlah isu pokok dalam filsafat Islam. Dia menulis Tahafut al-Tahafut untuk menjawab dan mengklarifikasi 20 isu filosofis yang dibidik oleh Ghazali dalam Tahafut al-Falasifah.
Keempat, terkait erat dengan poin ketiga di muka, Ibn Rushd mencoba membangun argumen keharmonisan akal dan wahyu atau filsafat dan agama (syari’ah) secara umum. Untuk itu dia menulis Fashl al-Maqal (Decisive Treatise) dan Al-Kasyf ‘an Manahij al-Adilla fi ‘Aqa’id al-Milla (Discovery of the Methods of the Proofs). Menurut para sarjana, kedua karya ini bersama Tahafut al-Tahafut merupakan trilogi pemikiran filosofis Ibn Rushd.
8. Muhammad Iqbal
Saat dunia Islam semakin terpuruk dalam jurang mistisisme dan konservatisme yang antiperubahan, lahirlah seorang filosof-penyair: Sir Muhammad Iqbal. Kemunculan Iqbal ibarat mekarnya kuncup teratai di tengah kesunyian telaga. Beliaulah yang berhasil merajut dengan cantiknya khazanah pemikiran Barat dan Islam guna menyegarkan kembali dunia pemikiran Islam. Sikap yang patut ditauladani. Iqbal tidak terapologi dihadapan pemikiran Barat, namun tidak juga melepaskan baju keislamannya. Sederet nama besar dari Timur ke Barat tuntas dijelajahi: Al-Hallaj, Jalaluddin Rumi, Al Ghazali, Nietsche, Kant, Bergson, dan Hegel. Usaha yang tidak sia-sia. Karya besarnya The Reconstruction of Religious Thought in Islam menjadi inspirasi bagi sebagian besar generasi muda Islam yang mendambakan pemikiran Islam yang lebih inklusif, terbuka, dan pluralis. Sikap pluralis Iqbal juga bisa disimak dalam syair-syairnya seputar persahabatan Hindu-Muslim seperti Tarana-I-Hindi (Nyanyian dari India), Hindustani Bachon Ka Qawmi Git (Musik Nasional Anak-Anak India), dan Naya Shiwala (Kuil Baru)

E. Abad Modern
Corak pemikiran filsafat pada masa ini kembali pada masalah “Antroposentris” Serupa dengan zaman Klasik, namun lebih mengagungkan kemampuan akal pikir manusia. Pada abad modern telah dibagi kedalam beberapa aliran sebagai berikut ini :
a. Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.
Latarbelakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (scholastic), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu mengenai hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Pada tokoh aliran Rasionalisme diantaranya adalah Descartes (1596- 1650 M ).
1. Rene Rene Descartes ( 1596- 1650 M )

Rene Descartes filsuf asal prancis yang termasyur dengan arghumen Je pense, donc je suis atau dalam bahasa latin “Cogito Ergo Sum” “aku berpikir maka aku ada” mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal pernyelidikannya adalah mengenai Tuhan, Alam, dan Manusia.

2. Spinoza (1632- 1677 M)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 M. Nama aslinya adalah barulah Spinoza ia adalah seorang keturunan Yahudi di Amsterdam. Ia lepas dari segala ikatan agama maupun masyarakat, ia mencita- citakan suatu sistem berdasrkan rasionalisme untuk mencapai kebahagiaan bagi manusia.menurut Spinoza aturan atau hukum ynag terdapat pada semua hal itu tidak lain dari aturan dan hukum yang terdapat pada idea. Baik Spinoza maupun lebih ternyata mengikuti pemikiran Descartes itu, dua tokoh terakhir ini juga menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam metafisika, dan kedua juga mengikuti metode Descantes.
3. Leibniz
Gottfried Eilhelm von Leibniz lahir pada tahun 1646 M dan meninggal pada tahun 1716 M. ia filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai pemerintahan, pembantu pejabat tinggi Negara. Waktu mudanya ahli piker Jerman ini mempelajari scholastik.
Ia kenal kemudian aliran- aliran filsafat modern dan mahir dalam ilmu. Ia menerima substansi Spinoza akan tetapi tidak menerima paham serba tuhannya (pantesme). Menurut Leibniz substansi itu memang mencantumkan segala dasar kesanggupannya, dari itu mengandung segala kesungguhan pula. Untuk menerangkan permacam- macam didunia ini diterima oleh Leibniz yang disebutnya monaden. Monaden ini semacam cermin yang membayangkan kesempurnaan yang satu itu dengan cara sendiri.
b. Empirisme
Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah Empirisme diambil dari bahasa Yunani yaitu emperia yang berarti coba- coba atau pengalaman. Sebagai tokohnya adalah Francis Bacou , Thomas Hobbes, John Locker, dan David Hume. Karana adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal itu terjadi karena filsafat dianggap tidak berguan lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain ilmu pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewat indra ( empiri) dan empirilah satu- satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir denagn nama Empirisme.
1. Francis Bacon ( 1210- 1292 M )
Dari mudanya Bacon sudah mempunyai minat terhadap filsafat. Akan tetapi waktu dewasa ia menjabat pangkat- pangkat tinggi dikerjakan inggris kemudian diangkat dalam golongan bangsawan. Setelah berhenti dari jabatannya yang tinggi. Barulah ia mulai menuliskan filsafatnya.
Menurut Franccis Bacon bahwa pengetahuan ynag sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melaui persatuan inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Denagn demikian bagi Bacon cara memcapai pengetahuan itupun segera nampak dengan jelasnya. Haruslah pengetahuan itu dicapai dengan mempengaruhi induksi. Haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkrit, mengumpulkan, mengadakan kelompok- kelompok, itulah tugas ilmu pengetahuan.
2. Thomas Hobbes (1588- 1679 M )
Thomas hobbes adala seorang ahli piker yang lahir di Malmesbury, ia adalah anak dari seorang pendeta. Menurutnya bahwa pengalaman interawi sebagai permulaan segala pengetahuan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan inderalah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan kita tak mengatasi pengindraan dengan kata lain pengetahuan yang benar hanyalah pengetahuan indera saja, yang lain tidak.
Ada yang menyebut Hobbes itu menganut sensualisme, karena ia amat mengutamakan sensus (indra) dalam pengetahuan. Tetapi dalam hubungan ini tentulah ia anggap salah satu dari penganut empirisme, yang mengatakan bahwa persantuhan denag indera( impiri) itulah yang menjadi pangkal dan sumber pengetahuan.
Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat- akibat atau tentang gejela- gejela yang doperoleh. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebab-sebabnya. Segala yang ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti/ ilmu alam.
3. John Locke ( 1932- 1704 M )
John locke dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, inggris. Ia adalah filosof yang banyak mempelajari agama Kristen. Disamping sebagai seorang ahli hukum ia juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran, dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh (bagimana) manusia memakai kemampuannya.
Ia hendak menyelidiki kemampuan pengetahuan manusia sampai kemanakah ia dapat mencapai kebenaran dan bagimanakah mencapainya itu. Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflecaton. Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan itu, reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang lebih baik daripada sensation.
John lock berargumen:
a. Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu tidak ada, memang agak umum orang beranggapan bahwa innate itu ada. Ia itu seperti ditempelkan pada jiwa manusia, dan jiwa membawanya ke dunia ini. Sebenarnya kenyataan telah cukup menjelaskan kepada kita bagaimana pengetahuan itu dating, yakni melalui daya-daya yang alamiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan, dan kita sampai pada keyakinan tanpa suatu pengertian asli.
b. Persetujuan umum adalah argument yang terkuat. Tidak ada sesuatu yang dapat disetujui oleh umum tentang adanya innate idea justru dijadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
c. Persetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea.
d. Apa innate itu sebenarnya tidaklah mungkin diakui dan sekaligus juga tidak diakui adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate itu ada justru saya jadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
e. Tidak juga dicetakkan (distempelkan) pada jiwa sebab pada anak idiot ide yang innate itu tidak ada padahal anak normal dan akan “idiot sama-sama berpikir”.
4. David Hume ( 1711- 1776 M )
David Hume menjadi terkenal oleh bukunya. Buku hume, treatise of human nature (1739 M). ditulisnya tatkala ia masih muda, yaitu tatkala ia berumur dua puluh tahunan. Buku itu tidak terlalu banyak menarik perhatian orang, karenanya hume pindah kesubyek lain, lalu ia menjadi seorang yang terkenal sebagai sejarawan.
Kemudian pada tahun 1748 M ia menulis buku yang memang terkenal, yang disebutnya An Enqury Cincering Human Understanding, waktu mudanya ia juga berpolitik tetapi tak terlalu mendapat sukses. Ia menganalisa pengertian substansi. Seluruh pengetahuan itu tak lain dari jumlah pengaman kita.
Apa saja yang merupakan pengetahuan itu hanya disebabkan oleh pengalaman. Adapun yang bersentuhan dengan indra kita itu sifat-sifat atau gejala-gejala dari hal tersebut. Yang menyebabkan kita mempunyai pengertia sesuatu yang tetap – substansi – itu tidak lain dari perulangan pengalaman yang demikian acap kalinya, sehingga kita menganggap mempunyai pengertian tentang suatu hal, tetapi sebetulnya tidak ada substansi itu hanya anggapan, khayal, sebenarnya tidak ada.

c. Kritisisme atau Marxisme
Aliran ini ini pertama kali di pelopori oleh Karel Marx (1818-1883), Marx berpendapat bahwa, manusia selalu terkait dengan hubungan-hubungan kemasyarakatan. Manusia adalah mahkluk yang bermasyarakat, yang beraktifitas dan terlibat dalam proses produksi. Hakikatnya manusia adalah bekerja (Homo laborans, homo faber). Sehuingga pada perkembangannya melahirkan komunisme.
d. Idealisme
Dalam teori ini di katakan bahwa Ada yang sesungguhnya berada di dalam dunia Ide (Idea). Segala sesuatu yang tampak dan mewujut nyatakan dalam alam indrawi hanya merupakan gambaran atau bayangan dari yang sesungguhnya, yang berada di dunia idea. Dengan kata lain, realistis yang sesungguhnya bukanlah yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan. Beberapa tokoh dari aliran ini adalah :
1. George Berkeley (1685-1753)
George Berkeley yang merupakan tokoh Idealisme Subjektif menyatakan bahwa satu-satunya realitas yang sesungguhnya ialah aku subjektif yang spiritual. Bagi Berkeley tak ada subtansi material dan sebagainya, seperti Kursi dan meja, karena semuanya itu hanya merupakan koleksi ide yang ada dalam alam pikir sejauh yang dapat di serap.
2. Immanuel kant (1724-1804)
Immanuel kant yang mengemukakan eksponen idealisme transendental,berpendapat bahwa objek pengalaman kita, yaitu yang ada dalam ruang dan waktu, tidak lain dari pada penampilan dari yang tak memiliki eksistensi dan independen di luar pemikiran kita.
3. George Wilhelm Friendrich Hegal (1770-1831)
Idealisme Objektif yang di kembangkan oleh George Wilhelm FriendrichHegal menegaskan bahwa segala sesuatu yang ada adalah satu bentuk dari satu pikiran.

e. Positivisme
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang mengalami banyak perubahan mendasar dalam perjalanan sejarahnya. Istilah Positivisme pertama kali digunakan oleh Francis Biken seorang filosof berkebangsaan Inggeris. Ia berkeyakinan bahwa tanpa adanya pra asumsi, komprehensi-komprehensi pikiran dan apriori akal tidak boleh menarik kesimpulan dengan logika murni maka dari itu harus melakukan observasi atas hukum alam.
f. Evolusionisme
Charles Robert Darwin (1809-1882) adalah orang pertama yang mempelopori aliran ini. Dimana ia mengajukan konsep tentang segala sesuatu termasuk manusia. Pada hakikatnya antara binatang dan manusia serta benda tidak ada bedanya. Di mungkinkan terdapat perkembangan manusia pada masa yang akan dating menjadi lebih sempurna. Berdasarkan teori tersebut di lahirkan teori Evolusi.
g. Materialisme
Dalam aliram materialisme ini menolak hal-hal yang tidak keluihatan.Bagi materialisme, ada yang sesungguhnya adalah yang keberadaanya semata-mata bersifat material atau sama sekali bergantung pada material. Jadi, realitas yang sesungguhnya adalah alam kerbendaan dan segala sesuatu yang mengatasi alam kebendaan itu haruslah di kesampingkan. Oleh sebab itu, Seluruh realitas hanya mungkin di jelaskan secara materialisme. Beberapa tokoh dari aliran ini yaitu :
4. Thomas Hobbes (1588-1679)
Thomas Hobbes berpendapat bahwa seluruh realitas adalah materi yang tidak bergantung pada gagasan dan pikiran kita. Setiap kejadian adalah gerak yang terjadi oleh kehendak, maka seluruh realitas yang tak lain dari materi itu senantiasa berada di dalam gerak.
5. Ludwig Andreas Feuerbach (1804-1872)

Ludwig Andreas Feuerbach menegaskan bahwa materi haruslah menjadi titik pangkal dari segala sesuatu. Bagi Feuerbach alam material adalah realitas yang sesungguhnya. Adapin karena manusia adalah bagian dari alam material itu manusia adalah satu realitas manusia yang begitu egois demi meraih kebahagiaan bagi diri sendiri.
h. Neo Kantianisme
Tokoh aliran ini adalah Herman Cohen (1842-1918), yang mejadi titik tolak pemikiranya adalah segala sesuatu itu baru di katakana ada apabila terlebih dahulu dipikirkan. Artinya ada dan di pikirkan adalah sama sehingga apa yang dipikirkan akan di piker.
i. Pragmatisme
James (1842-1910) adalah salah satu psikolog Amerika yang cukup terkenal. Ia mengajarkan filsafat dan psikologi di Universitas Harvard selama 35 tahun. Dia sangat menentang strukturalis, karena menurutnya aliran ini sangat dangkal, tidak murni dan kurang dapat dipercaya kebenarannya. Kesadaran menurut James bersifat unik dan sangat pribadi, terus-menerus berubah, muncul setiap saat, dan selektif sekali ketika harus memilih dari sekian banyak rangsang yang mengenai seseorang. Yang paling menonjol dan utama ialah, bahwa kesadaran ini mampu membuat manusia menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Pengikut fungsionalisme meyakini hal-hal berikut :
1. Psikolog seharusnya meneliti secara mendalam bagaimana proses-proses mental ini berfungsi, dan juga mengenai topik lainnya.
2. Mereka seharusnya menggunakan introspeksi informal, yaitu observasi terhadap diri sendiri serta laporan diri, serta metode obyektif, yaitu yang dapat terbebas dari prasangka, seperti misalnya elsperimen.
3. Psikologi, sebagai ilmu pengetahuan, seharusnya dapat diterapkan di dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya dalam pendidikan, hukum, ataupun perusahaan.

j. Fenomenologi
Pada aliran ini pemikirnya adalah Edmund Husel (1838-1939M) pemikiranya bahwa benda harus diberi kesempatan untu berbicara yaitu dengan cara deskriptif fenomenologi yang harus di dukung oleh metode deduktif. Tujuanya adalah untuk melihat gejalah-gejalah secara Intuitif. Sedangkan, metode deduktif artinya menghayalkan gejalah-gejalah dalam berbagai macam yang berbeda



k. Eksistensialisme
Pelopornya adalah Soren KIerkagand (1813-1855 M ) mengemukakan bahwa kebenaran itu tidak berbeda pada sesuatu system yang umum tetapi berbeda pada eksistensi manusia penuh dengan dosa, sehingga hanya iman pada Kristus sajalah yang dapat mengatasi perasaan bersalah kepada dosa. Tokoh lainya yaitu Frederic Nietze (1844-1900 M) memberkanb tekanan pada sisi kodrat manusiawi yang tidak sadar, vountaristis yang itu bukanlah merenungkan kebenaran, tetapi menghayati kebenaran. Karl Jaspers (1883-1969) menyatakan bahwa eksistensi itu bukanlah merenungkan kebenaran, tetapi menghayati kebenaran. Martin Heidegger (1889-1976) menyatakan bahwa dunia luar yang terdiri dari objek-objek,hanya digunakan pada setiap tindakan dan tujuan kegiatan manusia. Tetapi, meski demikian akan pengetahuan manusia tidak terpisah dengan benda-benda di sekitarnya. Gabriel Marcel (1889-1973) berpendapat bahwa kita harus mampu menjawab pertanyaan, siapakah aku ? dan apakah wujud itu ?. Dan akhirnya, Jean Paul Satre (1905-1905)., menyajikan pemikirannya tentang manusia, terdapat dua tipe ada dan hubungan pemikirannya dengan MArxisme.
l. Neo Thomisme
Paham Neo Thomisme yaitu aliran yang mengikuti pahan Thomas Aqinas, Paham Neo Thomisme menganggap :
1. Ajaran Thomas Aqinas sudah sempurna
2. Ajaran Thomas Aqinas telah sempurna akan tetapi masih terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum di bahas.
3. Ajaran Thomas Aqinas Harus diikuti akan tetapi tidak boleh beranggapan bahwa ajarannya betul-betul sempurna.

F. KESIMPULAN
1. Dari hasil










Daftar Pustaka
Achmadi, Drs. Asmoro. 2003. Filsafat Umum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Darmohiharjo, SH, Prof. Darji dan Shidarta, SH, M.Hum. 2002. Pokok-pokok Filsafat Hukum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
M. Dagun, Drs.Save.1990. Fisafat Eksistensialisme. Jakarta : Rineka Cipta.
Noor, Hadian. Pengantar Sejarah Filsafat. Malang: Citra Mentari Group. 1997.
Osborne, Richard. Filsafat Untuk Pemula. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2001
Russell, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.
Turnbull, Neil. Bengkel Ilmu Filsafat. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2005.


.

Rabu, 21 Oktober 2009

Positivisme

Positivisme

Teori Positivisme Logikal

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang mengalami banyak perubahan mendasar dalam perjalanan sejarahnya. Istilah Positivisme pertama kali digunakan oleh Francis Biken seorang filosof berkebangsaan Inggeris. Ia berkeyakinan bahwa tanpa adanya pra asumsi, komprehensi-komprehensi pikiran dan apriori akal tidak boleh menarik kesimpulan dengan logika murni maka dari itu harus melakukan observasi atas hukum alam.

Istilah ini kemudian juga digunakan oleh Agust Comte dan dipatok secara mutlak sebagai tahapan paling akhir sesudah tahapan-tahapan agama dan filsafat. Agust Comte berkeyakinan bahwa makrifat-makrifat manusia melewati tiga tahapan sejarah: pertama, tahapan agama dan ketuhanan, pada tahapan ini untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi hanya berpegang kepada kehendak Tuhan atau Tuhan-Tuhan; tahapan kedua, adalah tahapan filsafat, yang menjelaskan fenomena-fenomena dengan pemahaman-pemahaman metafisika seperti kausalitas, substansi dan aksiden, esensi dan eksistensi; dan adapun Positivisme sebagai tahapan ketiga, menafikan semua bentuk tafsir agama dan tinjauan filsafat serta hanya mengedepankan metode empiris dalam menyingkap fenomena-fenomena.

Pada tahun 1930 M, istilah Positivisme berubah lewat kelompok lingkaran Wina menjadi Positivisme Logikal, dengan tujuan menghidupkan kembali prinsip tradisi empiris abad ke 19. Lingkaran Wina menerima pengelompokan proposisi yang dilakukan Hume dengan analitis dan sintetis, dan berasaskan ini kebenaran proposisi-proposisi empiris dikategorikan bermakna apabila ditegaskan dengan penyaksian dan eksperimen, dan proposisi-proposisi metafisika yang tidak dapat dieksprimenkan maka dikategorikan sebagai tidak bermakna dan tidak memiliki kebenaran. Kesimpulan pandangan ini adalah agama dan filsafat (proposisi-proposisi agama dan filsafat) ambiguitas dan tidak bermakna, karena menurut kaum positivisme syarat suatu proposisi memiliki makna adalah harus bersifat analitis, yakni predikat diperoleh dari dzat subyek kemudian dipredikasikan atas subyek itu sendiri dan kebenarannya lahir dari proposisi itu sendiri serta pengingkarannya menyebabkan kontradiksi, atau mesti bersifat empiris, yakni melalui proses observasi dan pembuktian

Dengan demikian, sebagaimana ungkapan Kornop ? salah seorang anggota dari Lingkaran Wina ? dalam suatu risalah berjudul "Menolak metafisika dengan analisis logikal teologi", kalimat-kalimat yang mengungkapkan perasaan(affective), seperti: alangkah indahnya cuaca! Atau pertanyaan, seperti: Di manakah letak kota Qum? Atau kalimat-kalimat perintah, metafisika dan agama, karena kalimat-kalimat dan proposisi-proposisi tersebut tidak melewati proses observasi dan eksprimen maka serupa dengan proposisi-proposisi yang tidak benar (bohong)

Kaum Positivisme, seiring dengan perjalanan waktu, mengubah pandangannya yang ekstrim dan perlahan-lahan tidak menegaskan kemestian pembuktian dan eksperimen dalam menguji kebenaran suatu proposisi dan bahkan eksprimen tidak lagi dijadikan tolok ukur kebenaran proposisi. Mereka menyadari bahwa jika tolok ukur kebenaran (memiliki makna) proposisi-proposisi adalah melewati proses pembuktian dan eksperimen, maka sangat banyak proposisi-proposisi empiris yang tidak akan bermakna (tidak benar), karena tidak dapat dibuktikan secara yakin (100%). Mazhab filsafat ini dalam bagian lain mengakui bahwa manusia tidak mampu menyingkap hakikat realitas ? dalam bentuk pembuktian, penegasan, dan bahkan pembatalan ? tetapi hanya sebatas pemuasan akal.

name=”_ednref18″>[18]

Kesimpulan dari semua pandangan kaum Positivisme adalah bahwa proposisi-proposisi agama yang karena tidak melewati observasi dan eksprimen maka tidak dikategorikan sebagai makrifat dan pengetahuan yang bermakna (baca: proposisi agama tidak benar) dan bahasa agama karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara eksprimen, maka tidak menjadi makna yang dapat diperhitungkan.

Mazhab Positivisme mendapatkan kritikan dan sanggahan yang berat dari pendukung-pendukungnya sendiri, seperti Wittgenstein dan Poper, dibawah ini akan diungkapkan sebagian dari kritikan-kritikan mereka:

Teori evolusi dan tiga tahapan dari Agust Comte sama sekali tidak memiliki bukti sejarah yang otentik dan argumen keilmuan yang akurat, landasan ketidakbenaran teori tersebut adalah karena menghubungkan tahapan-tahapan sejarah dari sistem masyarakat Eropa pada zaman itu dan kemudian menggeneralisasikan pada seluruh tahapan sejarah dunia. Di samping itu, dalam filsafat ilmu kontemporer para ilmuwan telah membahas dan mengkaji tentang kebutuhan ilmu terhadap filsafat dan pengaruh metafisika terhadap teori-teori ilmu.

Demikian pula asas Positivisme tentang tolok ukur kebenaran proposisi yang menetapkan bahwa proposisi hanya memiliki makna (kebenaran) apabila dapat dieksperimenkan dan diobservasi. Dan proposisi-proposisi yang non-empiris dikatakan tidak bermakna sebenarnya tidak berangkat dari asas analisis dan tautologi (kebenaran tampak dari dirinya sendiri) dan juga bukan berdasarkan sintetis yang dapat dibuktikan dengan penyaksian dan eksperimen.

Kaum Positivisme memandang bahwa seluruh proposisi-proposisi metafisika tidak bermakna; padahal sebagian dari proposisi tersebut bersifat analitik, seperti: setiap akibat membutuhkan sebab; sedangkan menurut mereka proposisi-proposisi analitik adalah bermakna.

Menurut mazhab ini, secara prinsipil proposisi-proposisi agama tidak sampai pada tahapan yang benar dan bohong, oleh karena itu, penegasian benar dan bohong dari pendukung mazhab ini yang dinisbahkan terhadap proposisi-proposisi agama adalah tidak bermakna.

Kritikan kita yang paling mendasar terhadap Positivisme adalah menyangkut masalah-masalah yang prinsipil dan berasas. Di samping kita mengakui kebenaran metode empiris juga memandang sah metode logikal dan rasional dalam meraih makrifat. Kita memandang benar semua metode logikal, rasional, syuhudi, naqli (teks suci) dan sejarah.

Setelah kami menampilkan dua bentuk pendekatan dan teori terhadap bahasa agama yang terdapat dalam teologi dan filsafat Kristen dan Barat, untuk tidak larut dalam pembahasan yang berkepanjangan, maka kami cukupkan pengenalan terhadapnya dengan menggunakan dua pendekatan dan teori tersebut. Kendatipun pada hakikatnya pembahasan bahasa agama yang ada pada teologi dan filsafat Kristen dan Barat ini adalah jauh lebih luas serta sangat kompleks (masih terdapat berbagai aliran dan pandangan, seperti teori analitik bahasa, teori simbolik, teori permainan bahasa (language game) dan?), bahkan boleh dikatakan bahwa hingga sekarang ini, pembahasan tersebut belum tuntas dan masih belum ditemukan pemecahannya yang akurat yang bebas dari berbagai kelemahan dan kritikan.

Adapun dalam teologi dan filsafat Islam meskipun pembahasan ini tidak begitu luas dan tidak terdapat berbagai aliran dan pandangan, akan tetapi berkat kemurnian dan keorisinalan ajaran Islam (kitab suci al-Qur’an) serta ilham dan petunjuk yang didapatkan oleh para teolog dan filosof Islam dari kitab suci tersebut sehingga menyebabkan pandangan dan pemikiran mereka dalam masalah ini mengarah pada kesatuan dan keselarasan universal (misalnya mereka berpandangan bahwa proposisi-proposisi agama adalah bermakna), walaupun masih terdapat perbedaan secara partikular, misalnya perdebatan tentang sifat-sifat Tuhan dan sifat-sifat makhluk-Nya apakah bersifat homonim atau univokal.

Al-Kindi: Sejarah Singkat dan Pemikirannya

Al-Kindi: Sejarah Singkat dan Pemikirannya

Posted on 11. Dec, 2007 by ave in Pemikiran

Al Kindi AverroesNama lengkap al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya`qub ibn Ishaq ibn Shabbah ibn Imran ibn Isma`il ibn Muhammad ibn al-Asy’ath ibn Qais al-Kindi. Tahun kelahiran dan kematian al-Kindi tidak diketahui secara jelas. Yang dapat dipastikan tentang hal ini adalah bahwa ia hidup pada masa kekhalifahan al-Amin (809-813), al-Ma’mun (813-833), al-Mu’tasim (833-842), al-Wathiq (842-847), dan al-Mutawakkil (847-861).


Al-Kindi hidup pada masa penerjemahan besar-besaan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab. Dan memang, sejak didirikannya Bayt al-Hikmah oleh al-Ma’mun, al-Kindi sendiri turut aktif dalam kegiatan penerjemahan ini. Di samping menerjemah, al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan sebelumnya. Karena keahlian dan keluasan pandangannya, ia diangkat sebagai ahli di istana dan menjadi guru putra Khalifah al-Mu’tasim, Ahmad.

Ia adalah filosof berbangsa Arab dan dipandang sebagai filosof Muslim pertama. Memang, secara etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.

Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri dan astronomi.

Yang paling utama dari seluruh cakupan matematika di sini adalah ilmu bilangan atau aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun. Di sini kita bisa melihat samar-samar pengaruh filsafat Pitagoras.

Al-Kindi membagi daya jiwa menjadi tiga: daya bernafsu (appetitive), daya pemarah (irascible), dan daya berpikir (cognitive atau rational). Sebagaimana Plato, ia membandingkan ketiga kekuatan jiwa ini dengan mengibaratkan daya berpikir sebagai sais kereta dan dua kekuatan lainnya (pemarah dan nafsu) sebagai dua ekor kuda yang menarik kereta tersebut. Jika akal budi dapat berkembang dengan baik, maka dua daya jiwa lainnya dapat dikendalikan dengan baik pula. Orang yang hidupnya dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu birahi dan amarah diibaratkan al-Kindi seperti anjing dan babi, sedang bagi mereka yang menjadikan akal budi sebagai tuannya, mereka diibaratkan sebagai raja.

Menurut al-Kindi, fungsi filsafat sesungguhnya bukan untuk menggugat kebenaran wahyu atau untuk menuntut keunggulan yang lancang atau menuntut persamaan dengan wahyu. Filsafat haruslah sama sekali tidak mengajukan tuntutan sebagai jalan tertinggi menuju kebenaran dan mau merendahkan dirinya sebagai penunjang bagi wahyu.

Ia mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala sesuatu sejauh jangkauan pengetahuan manusia. Karena itu, al-Kindi dengan tegas mengatakan bahwa filsafat memiliki keterbatasan dan bahwa ia tidak dapat mengatasi problem semisal mukjizat, surga, neraka, dan kehidupan akhirat. Dalam semangat ini pula, al-Kindi mempertahankan penciptaan dunia ex nihilio, kebangkitan jasmani, mukjizat, keabsahan wahyu, dan kelahiran dan kehancuran dunia oleh Tuhan.

(Source: Sekilas sejarah pemikiran filosof di atas dinukil dari buku Tujuh Filsuf Pembuka Pintu Gerbang Filsafat Modern, diterbitkan oleh LKiS, dikarang oleh Zainul Hamdi -warga Averroes)

FILSAFAT SKOLASTIK

Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.

Beberapa pengertian dari corak khas skolastik yaitu:

* Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.

* Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teolog atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.

* Filsafat skolastik adalah suatu system filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.

* Filsafat skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.

FILSAFAT SKOLASTIK MELALUI LIMA TOKOHNYA SERTA PENDAPATNYA

1. Peter Abaelardus (1079-1180)

Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli piker dan pejabat gereja. Iua termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantic, seklaigus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukan iman. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.

Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir harus sejalan dengan iman, Abealardus memberikan alas an bahwa berfikir itu berada di luar iman (diluar kepercayaan). Karena itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialekta yang tanpa ragu-ragu ditunjukan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hamper kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.

2. Albertus Magnus (1203-1280)

Disamping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia lehir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doctor universalis” dan “doctor magnus” kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberales. Ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.

Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia.

3. Thomas Aquinas (1225-1274)

Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli piker, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolatisisme pada abad pertengahan.

Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia menghimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pemikiran) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada diluar kekuatan piker.

Thomas telah menafsirkan pandangan bahwa Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan yang tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.

Selanjutnya ia katakana bahwa iman lebih tinggi dan berada diluar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan alam semesta. Timbulnya pokok persoalan yang actual dan praktis dari gagasannya adalah “pemikirannya dan kepercayaannya telah menemukan kebenaran mutlak yang harus diterima oleh orang-orang lain”. Pandangannya inilah yang menjadikan perlawanan kaum Prostetan karena sikapnya yang otoriter.

4. Wiliam Ockham (1285-1349)

Ia merupakan ahli piker Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan diir dan mencari perlindungannya pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalikan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak.

Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsepo-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Di samping itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai pengusahanya Paus John XXII.

5. Nicholas Cusasus (1401-1464)

Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal dan intuisi. Dengan indera kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akl kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia sharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat dimana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.

Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.